Angin, Antara Nikmat dan Adzab


Angin, Antara Nikmat dan Adzab


Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah. Kami memujinya. Kami memohon pertolongan kepadaNya. Kami juga memohon ampunan dan bertaubat kepadaNya. Kami berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa kami dan keburukan amal perbuatan kami.

Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Demikian pula, barangsiapa yang Allah sesatkan maka tiada satu pun yang bisa memberi hidayah kepadanya.

Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata tanpa ada sekutu bagiNya. Dialah sesembahan orang-orang di masa silam dan masa datang serta penegak langit dan bumi.

Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya. Beliaulah manusia pilihan Allah, kekasih-Nya dan seorang yang Allah percaya untuk mendapatkan wahyu serta penyampai syariat kepada semua manusia.

Semoga Allah memuji dan memberi keselamatan untuknya, keluarganya dan seluruh sahabatnya.

Wahai orang-orang yang beriman, wahai hamba-hamba Allah bertakwalah kalian kepada Allah. Yakinlah bahwa takwa kepada Allah adalah sebaik-baik bekal menuju hari yang dijanjikan. Takwa adalah sebab yang paling penting untuk mendapatkan ridho Allah. Takwa adalah perkara yang Allah wasiatkan kepada orang-orang di masa silam ataupun orang di masa sekarang.

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

Yang artinya, “Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah” (QS. an Nisa’:131).

Sesungguhnya tanda kekuasaan Allah yang menunjukkan keesaan Allah dan bahwa Dia adalah pengatur alam semesta itu banyak sekali, tidak bisa dihitung. Sebagaimana perkataan seorang penyair, “Dalam segala sesuatu terdapat bukti bahwa Dia adalah zat yang esa”.

Di antara tanda kekuasaan Allah yang besar, bukti nyata keesaan-Nya yang menunjukkan bahwa Dia itu benar-benar esa dan segala urusan itu ada di genggaman-Nya dan diatur penuh oleh diri-Nya adalah angin yang diatur oleh Allah sebagaimana yang Dia kehendaki. Angin itu bertiup mengikuti perintah-Nya dan setelah mendapatkan izin dari-Nya. Angin adalah makhluk yang diatur dan diperintahkan. Dia tidak bisa datang atau pun pergi baik di waktu pagi atau pun sore kecuali dengan seizin Tuhannya yang merupakan zat yang mengatur dirinya. Semua gerakan angin itu dengan seizin-Nya. Semua tiupan angin itu dengan perintah-Nya. Sekali lagi, angin adalah makhluk yang diatur dan diperintah. Terkadang dia datang dengan membawa kabar gembira dan rahmat Allah. Di waktu yang lain, dia membawa adzab dan hukuman Allah. Segala urusan sepenuhnya ada di tangan Allah.

Angin adalah salah satu tanda kekuasaan Allah. Sepantasnya seorang mukmin mengambil pelajaran dengan keberadaan angin. Dengan angin, seorang hamba mengetahui betapa agungnya Allah, zat yang mengatur angin.

Dalam angin terdapat pelajaran dan nasihat yang sangat berharga serta tanda kekuasaan yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan sang pencipta.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (46)

Yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya. Mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS ar Rum: 46).

وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (164)

Yang artinya, “Dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. al Baqarah: 164).

Memang benar, angin hanya menjadi tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. Mereka memutar akal mereka untuk mengambil manfaat dan pelajaran dari berbagai tanda kekuasaan Allah yang menunjukkan bahwa Dialah sang pengatur alam semesta dan menunjukkan bahwa Dia adalah zat yang agung karena memiliki segala sifat kesempurnaan.

Angin itu terkadang menjadi hukuman dan siksaan, di samping terkadang menjadi nikmat dan rahmat. Itu semua terjadi dengan perintah Allah. Dalam sebuah hadits yang sahih Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mencaci maki angin dengan alasan bahwa angin itu sekedar makhluk yang diatur dan diperintah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencaci angin karena angin itu diperintah”.

Hadits yang senada dengan hadits di atas jumlahnya banyak. Sebagiannya nanti juga akan kami sampaikan.

Diaturnya angin oleh Allah adalah sebuah nikmat yang sangat besar bagi manusia. Hendaknya kita merasakan adanya nikmat tersebut dan nilainya serta menyadari manfaat yang kita petik darinya. Seandainya angin itu tidak diatur oleh Allah tentu tidak akan ada kehidupan bagi manusia. Dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan pun akan kacau balau. Makanan akan rusak dan busuklah seluruh penjuru bumi.

Pengaruh dan manfaat angin itu sangat banyak, tak terhitung. Seandainya angin itu hanya diam dan tenang tidak bergerak atau bertiup maka seluruh bagian bumi ini terutama tumbuh-tumbuhan akan busuk. Hewan-hewan akan menjadi bangkai.

Jadi bertiupnya angin itu sebuah nikmat. Karenanya ada pergerakan udara. Udara pun menjadi bersih dan jernih. Berbagai penyakit hilang dan berbagai nikmat, kebaikan dan manfaat besar pun datang. Semua itu karena angin yang diatur oleh Allah.

Terkadang Allah mengirim angin yang mendorong mendung yang memuat hujan. Hujan adalah kabar gembira dan pembawa berbagai kebaikan. Masih banyak manfaat dan hasil yang akan dirasakan oleh manusia oleh sebab angin. Oleh karena itu, dalam al Qur’an kita jumpai Allah menyebut angin dalam bentuk jamak. Hal ini mengisyaratkan banyak dan besarnya manfaat yang Allah letakkan pada angin.

Terkadang Allah mengirimkan angin sebagai siksaan dan hukuman. Angin datang membawa adzab yang menjadi sebab mati dan hancurnya manusia, tetumbuhan dan berbagai binatang. Hal ini terjadi sebagai hukuman Allah dan pelajaran yang bisa dipetik oleh orang yang mau mengambil pelajaran.

Di antaranya adalah kisah yang Allah ceritakan dalam al Qur’an tentang hukuman yang Allah berikan kepada kaum ‘Aad yang merupakan kaum Nabi Hud. Allah hancurkan mereka dengan angin.

وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ (41)مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ (42)

Yang artinya, “Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan. Angin itu tidak membiarkan satupun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk” (QS adz Dzariyat:41-42).

Dalam kisah yang Allah tuturkan dalam al Qur’an, pada saat angin adzab datang, saat pertama kali mengetahui hal tersebut, kaum ‘Aad beranggapan bahwa angin tersebut membawa awan yang akan menurunkan hujan. Mereka anggap bahwa angin tersebut adalah angin pembawa nikmat dan kabar gembira.

فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24)تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)

Yang artinya, “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan Itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya. Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa” (QS al Ahqof:24-25).

Yang dimaksud ‘tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka’ adalah tidak ada lagi satu pun orang yang hidup di dalam rumah-rumah mereka. Artinya seluruh mereka hancur dan mati disebabkan angin tersebut cukup dalam sekejap mata saja dengan sekali hembusan.

Diantara kebiasaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau sangat takut ketika melihat mendung yang sangat gelap. Karena kehadiran mendung gelap, merupakan mukadimah adzab yang Allah berikan kepada umat-umat di masa silam. Sebagaimana yang terjadi pada kaum ‘Ad.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى نَاشِئًا فِى أُفُقِ السَّمَاءِ تَرَكَ الْعَمَلَ وَإِنْ كَانَ فِى صَلاَةٍ ثُمَّ يَقُولُ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا ». فَإِنْ مُطِرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّبًا هَنِيئًا »

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat awan gelap di ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya meskipun dalam shalat. Lalu beliau membaca, ‘Allahumma inni a’udzubika min syarriha’ [Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya].” Apabila turun hujan, beliau membaca ‘Allahumma Shayyiban Hani’a’ [Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang bermanfaat] (HR. Abu Daud 5101 dan dishahihkan al-Albani)

Mengapa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan semua aktivitasnya?

Karena beliau takut, beliau keluar masuk rumah sambil berdoa memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan awan itu.

A’isyah Radhiyallahu ‘anha menceritakan,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا رَأَى مَخِيلَةً فِى السَّمَاءِ أَقْبَلَ وَأَدْبَرَ وَدَخَلَ وَخَرَجَ وَتَغَيَّرَ وَجْهُهُ ، فَإِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ سُرِّىَ عَنْهُ ، فَعَرَّفَتْهُ عَائِشَةُ ذَلِكَ ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « مَا أَدْرِى لَعَلَّهُ كَمَا قَالَ قَوْمٌ ( فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ .

Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat mendung gelap di langit, beliau tidak tenang, keluar masuk, dan wajahnya berubah. Ketika hujan turun, baru beliau merasa bahagia. A’isyahpun bertanya kepada beliau apa sebabnya. Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Saya tidak tahu ini mendung seperti apa. Bisa jadi ini seperti yang disampaikan kaum ‘Ad, “Tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih” (HR. Bukhari 3206).

Sungguh ini adalah tanda dan bukti kekuasaan Allah yang sangat besar. Seyogyanya orang-orang yang beriman mengambil pelajaran darinya.

Di antara hal yang luar biasa dalam angin adalah dia bisa memahami perintah dan mentaati Tuhannya. Dia laksanakan semua perintah-Nya.

Di antara hal yang unik dalam angin adalah setiap hari Jumat angin itu merasa takut. Angin itu paham bahwa hari Kiamat akan terjadi pada hari Jumat. Karenanya setiap hari Jumat angin merasa takut dan khawatir jangan-jangan Kiamat akan terjadi. Hal ini disebabkan Allah memberi kemampuan untuk memahami bagi angin.

Dalam Sunan Ibnu Majah terdapat hadits yang kualitas sanadnya sahih, Nabi bercerita tentang hari Jumat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan, “Pada hari Jumat Kiamat akan terjadi”.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Tidak ada satu pun malaikat, langit, bumi, angin, gunung ataupun lautan melainkan merasa takut dan khawatir pada hari Jumat”.

Makhluk-makhluk ini merasa khawatir dengan terjadinya Kiamat pada hari Jumat.

Angin merasa takut dengan terjadinya Kiamat. Langit merasa takut. Bumi merasa takut. Lautan pun merasa takut. Sayangnya, mayoritas manusia lalai dan tidak memikirkan akan terjadinya Kiamat.

Sepatutnya kita mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah ini. Hendaknya hati kita merasa tergerak karena beriman, menghadapkan hati, bertaubat dan kembali kepada Allah.

Terdapat dalam hadits yang sahih dari Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ketika angin bertiup kencang dan berhembus dengan kuat seorang muslim berkewajiban untuk menghadapkan hatinya kepada Allah dengan memohon, berharap kepada Allah akan kebaikan angin tersebut dan meminta perlindungan kepada Allah akan keburukan angin tersebut.

Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu dari nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Janganlah kalian mencaci angin. Jika kalian melihat dari angin itu sesuatu yang kalian tidak sukai (ancaman bahaya), maka bacalah doa:

اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الرِّيحِ، وَمِنْ خَيْرِ مَا فِيهَا، وَمِنْ خَيْرِ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيحِ، وَمِنْ شَرِّ مَا فِيهَا، وَمِنْ شَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ


"Allahumma Innaa Nas'aluka Min Khairi Hadzihi-Riihi wa min Khairi Maa Fiihaa wa min Khairi Maa Ursilat Bihi, wa Na'uudzu Bika Min Syarri Hadzihiir-Riihi wa min Syarri Maa Fiihaa wa min Syarri maa Ursilat Bihi"


“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan yang terdapat dalam angin ini dan kebaikan dari tujuan dikirimnya angin ini. Dan sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang terdapat dalam angin ini dan keburukan dari tujuan dikirimnya angin ini.” (HR. Ahmad no. 21138, Adh-Dhiya’ al-Maqdisi dalam Al-Ahadits al-Mukhtarah no. 1223 dan An-Nasai dalam Amal al-Yaum wal Lailah no. 935)

Inilah petunjuk dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tidak sepatutnya kita menyibukkan diri dengan berbagai hal yang sebagian orang saling mengingatkan untuk melakukannya padahal hal tersebut tidak ada dalilnya dari sunah dan bukan bagian dari ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 

Dalam kondisi angin bertiup kencang, hendaknya hati kita tergerak untuk mengambil pelajaran dari berbagai tanda kekuasaan Allah.

Ya Allah, jadikanlah kami orang yang mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Mu dan tunjukilah kami jalan-Mu yang lurus.

Ini yang bisa kami sampaikan. Aku memohon ampunan untukku dan kalian serta seluruh kaum muslimin dari seluruh dosa.

Mohonlah ampunan kepada-Nya niscaya Dia akan mengampuni kalian sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penyayang.


Oleh :
Aris Munandar, Ss., Mpi. - muslim.or.id 

Komentar